Sahabat Demokrasi Lakukan Diskusi Perdana |
BANDAR LAMPUNG, SAHARA NEWS -- Sahabat Demokrasi, Lembaga dengan fokus kajian isu-isu demokrasi. Hari ini lakukan kegiatan perdana sabtuan di sekretariat setempat. Sabtu (13/10)
Kegiatan yang merupakan pelaksanaan misi Sahabat Demokrasi untuk membuka ruang-ruang diskusi dan kajian demokrasi. Yang memiliki tujuan jangka panjang mengenai konsloidasi demokrasi yang berkeadilan.
Diskusi yang digelar kali pertama tersebut mengusung tema “Proyeksi Pemilu 2019: Tantangan dan Strategi Bagi Masyarakat Sipil” dengan pembicara Dr. Muhammad Aqil Irham, Penulis Buku Demokrasi Muka Dua: Membaca Ulang Pilkada di Indonesia dan Drs. Henry Iwansyah, M.A., Peneliti Senior Sahabat Demokrasi. Dan dimodeatori oleh Dr. Rudy, LL.M. serta di ikuti 50 peserta yang terdiri dari lembaga kajian perguruan tinggi, organisasi pergerakan, organisasi kemasyarakatan, lembaga survei, serta pers. Siti Khoiriah, S.Hi,. M.H. selaku Ketua Pengurus Sahabat Demokrasi menyatakan bahwa kegiatan ini akan menjadi diskusi rutin yang akan mengusung tema berbeda-beda sesuai dengan tahapan demokrasi faktual, disamping program-program lainnya.
Selain itu juga, Siti Khoiriyah S.Hi,. M.H. selaku Moderator membuka diskusi dengan menyampaikan bahwa pemilu serentak yang dilaksanakan 2019 akan memancing banyak tantangan terutama bagi masyarakat sipil. Ruang ini yang kemudian digunakan oleh Sahabat Demokrasi, yang di Lampung selama ini belum ada lembaga yang mengisi ruang-ruang kajian tersebut.
Dr. Muhammad Aqil menyampaikan bahwa setelah nation state menjadi tren negara-negara dunia, muncul 2 mazhab besar yang mengemuka, yakni sosialisme (state oriented) dan liberalisme (person oriented).
"Kedua mazhab tersebut memiliki kesamaan; tidak society oriented. Serupa dengan dinamika yang terjadi di Indonesia, yang telah mengantarkan penguatan pada ketiga cabang kekuasaan (executive heavy –orde baru; legislative heavy – transisi masa reformasi; dan judicial supremacy –masa reformasi), namun tetap tidak memberikan ruang pada masyarakat sipil. Kehadiran Sahabat Demokrasi pada akhirnya mencoba mengembalikan orientasi terhadap masyarakat sipil terhadap demokrasi" jelasnya
Dilain sisi, Drs. Hendy Iwansyah menyampaikan mengenai perluny pemahaman kuat bagi masyarakat sipil.
"Hal yang terjadi selama ini adalah, hampir tidak pernah terjalin kedekatan antara masyarakat sipil dengan konstituen yang mewakilinya di parlemen. Bila ditarik lebih jauh maka hal tersebut sangat erat kaitannya dengan praktik politik uang. Masyarakat hanya mengetahui hasil akhir dalam suatu kontestasi politik tanpa memiliki ruang dalam mengawal prosesnya" ungkapnya dalam diskusi Sahabat Demokrasi. (RFz)
Kegiatan yang merupakan pelaksanaan misi Sahabat Demokrasi untuk membuka ruang-ruang diskusi dan kajian demokrasi. Yang memiliki tujuan jangka panjang mengenai konsloidasi demokrasi yang berkeadilan.
Diskusi yang digelar kali pertama tersebut mengusung tema “Proyeksi Pemilu 2019: Tantangan dan Strategi Bagi Masyarakat Sipil” dengan pembicara Dr. Muhammad Aqil Irham, Penulis Buku Demokrasi Muka Dua: Membaca Ulang Pilkada di Indonesia dan Drs. Henry Iwansyah, M.A., Peneliti Senior Sahabat Demokrasi. Dan dimodeatori oleh Dr. Rudy, LL.M. serta di ikuti 50 peserta yang terdiri dari lembaga kajian perguruan tinggi, organisasi pergerakan, organisasi kemasyarakatan, lembaga survei, serta pers. Siti Khoiriah, S.Hi,. M.H. selaku Ketua Pengurus Sahabat Demokrasi menyatakan bahwa kegiatan ini akan menjadi diskusi rutin yang akan mengusung tema berbeda-beda sesuai dengan tahapan demokrasi faktual, disamping program-program lainnya.
Selain itu juga, Siti Khoiriyah S.Hi,. M.H. selaku Moderator membuka diskusi dengan menyampaikan bahwa pemilu serentak yang dilaksanakan 2019 akan memancing banyak tantangan terutama bagi masyarakat sipil. Ruang ini yang kemudian digunakan oleh Sahabat Demokrasi, yang di Lampung selama ini belum ada lembaga yang mengisi ruang-ruang kajian tersebut.
Dr. Muhammad Aqil menyampaikan bahwa setelah nation state menjadi tren negara-negara dunia, muncul 2 mazhab besar yang mengemuka, yakni sosialisme (state oriented) dan liberalisme (person oriented).
"Kedua mazhab tersebut memiliki kesamaan; tidak society oriented. Serupa dengan dinamika yang terjadi di Indonesia, yang telah mengantarkan penguatan pada ketiga cabang kekuasaan (executive heavy –orde baru; legislative heavy – transisi masa reformasi; dan judicial supremacy –masa reformasi), namun tetap tidak memberikan ruang pada masyarakat sipil. Kehadiran Sahabat Demokrasi pada akhirnya mencoba mengembalikan orientasi terhadap masyarakat sipil terhadap demokrasi" jelasnya
Dilain sisi, Drs. Hendy Iwansyah menyampaikan mengenai perluny pemahaman kuat bagi masyarakat sipil.
"Hal yang terjadi selama ini adalah, hampir tidak pernah terjalin kedekatan antara masyarakat sipil dengan konstituen yang mewakilinya di parlemen. Bila ditarik lebih jauh maka hal tersebut sangat erat kaitannya dengan praktik politik uang. Masyarakat hanya mengetahui hasil akhir dalam suatu kontestasi politik tanpa memiliki ruang dalam mengawal prosesnya" ungkapnya dalam diskusi Sahabat Demokrasi. (RFz)
No comments:
Post a Comment