Saturday, October 13, 2018

Projo: Pidato 'Games Of Thrones' Jokowi Jadi Inspirasi Dunia, Kenapa?

Presiden RI Joko Widodo
JAKARTA, SAHARA NEWS -- Dilansir dari Media Detik.com,- Pidato 'Games of Thrones' Presiden Joko Widodo (Jokowi) di pertemuan tahunan IMF-World Bank di Bali menuai beragam reaksi. Relawan Projo menilai, pidato Jokowi tersebut telah menjadi inspirasi bagi dunia.

"Pidato Presiden Jokowi bukan hanya memberi inspirasi bagi bangsa tapi kepada warga dunia. Presiden Jokowi telah menerbitkan gagasan bernas tentang masa depan dunia yang penuh tantangan," kata Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi dalam pesan singkat yang diterima detikcom, Sabtu (13/10/2018)



"Jokowi telah memberikan pesan optimisme, respek dan ajakan untuk terus menumbuhkan kemajuan bagi dunia yang berkeadilan. Jokowi telah mengangkat harga diri bangsa tanpa merendahkan bangsa- bangsa lain. Sebagai warga bangsa kami bangga menjadi warga Indonesia sekaligus warga dunia," bebernya.


Budi menyatakan, pidato Jokowi sangat cerdas dan kekinian. Hal itu dianggap pas di tengah perang dagang dan kompetisi negara-negara dunia.


"Gambar masa depan dunia ada di tangan para pemimpin dunia yang visioner, inovatif, menghargai perbedaan dan punya semangat untuk memajukan dunia yang maju dan berkeadilan. Bukan hanya kini tapi juga bagi generasi yang akan datang," tutur Budi.


Sebelumnya Jokowi bisa dibilang 'menyentil' konflik perdagangan dunia melalui pidato Game of Thrones pada sesi opening plenary (pembukaan pleno) IMF-World Bank (WB) di Bali.


Di depan ribuan peserta yang berasal dari 189 negara, Jokowi berpidato tentang persaingan negara maju yang berujung pada kehancuran dunia.


Presiden Jokowi mengibaratkan kondisi ekonomi dunia seperti serial film Game of Thrones. Perang dagang yang terjadi seperti perseteruan antar Great Houses yang ingin ambil alih The Iron Throne.


Padahal di tengah perebutan kekuasaan itu ada ancaman bersama yang datang dari utara yakni Evil Winter. Selain itu Jokowi yakin perseteruan yang terjadi sama-sama berdampak negatif bagi yang kalah maupun yang menang.


Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual sepakat dengan analogi itu. Contohnya perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dengan China. Keduanya saling menyerang dengan membebani produk masing-masing negara dengan tarif bea masuk yang tinggi.


"Pengaruh perang dagang ini saling menjatuhkan. AS memeberikan tarif yang satu membalas, terus seperti itu. Akhirnya yang terjadi perekonomian menurun, perdagangan global menurun. Akhirnya enggak ada yang menang dan yang kalah, yang dirugikan semuanya," tutur David, Jumat (12/10). (**)

No comments:

Post a Comment