Sunday, April 8, 2018

Perlu Kurikulum Pembelajaran Politik untuk Para santri


Suasana Bedah Buku yang digelar PC PMII Bandarlampung || Sahara

Bandarlampung. Dinamika kehidupan santri dan pesantren selalu menarik diperbincangkan di negeri ini, karena temanya selalu berkembang sesuai zaman. Selain peran dalam bidang keagamaan,  dulu, santri dan pesantren banyak dibahas perannya dalam perjuangan melawan penjajah. Namun sekarang peran santri banyak dikaitkan dengan independensi politik.

Demikian disampaikan oleh ketua PCNU Kota Bandar Lampung, Ichwan Adji Wibowo, dalam diskusi buku “Santri dan Pendidikan Politik”, yang diterbitkan Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PWNU Lampung, Sabtu petang (07/04/2018) di gedung PWNU 3, Jalan Soekarno Hatta-Bandar Lampung.

“Santri seolah merupakan objek dalam politik, padahal sebenarnya santri adalah subjek. Dalam pemilu misalnya, mereka adalah pemilih pemula, yang punya hak dalam memilih pemimpin sesuai dengan hati nuraninya sendiri,” kata Adji.

Ichwan Adji menambahkan,  untuk rancangan ke depan, santri harus diberikan semacam kerangka atau kurikulum untuk bidang pendidikan politik, sehingga santri tidak  menjadi manusia yang anti dengan politik.

“Saat ini kami PCNU Kota Bandar Lampung sedang menggagas berdirinya madrasah demokrasi, yang bertujuan membangun kesadaran dan pengetahuan politik para generasi muda,” katanya.

Sementara itu Fadilasari, editor buku, yang juga merupakan ketua LTN NU Lampung periode 2013-2017, mengatakan, buku tersebut merupakan hasil lomba artikel dalam memperingati hari santri nasional (HSN) tingkat nasional, pada Oktober 2016 . Buku itu kemudian diterbitkan menjadi buku pada akhir 2017.

“Buku ini terdiri dari dua bagian. Pertama Pesan dari Pesantren, dan kedua Pendidikan Politik Santri. Dari hampir 100 naskah yang masuk, hanya 27 naskah yang lolos seleksi untuk diterbitkan menjadi buku,” kata mantan jurnalis ini.

Fadilasari menambahkan, tradisi menulis bagi warga NU harus ditingkatkan, karena itu merupakan bagian dari literasi politik.  “Penerbitan buku ini diharapkan menjadi stimulant bagi para santri dan generasi muda para umumnya, untuk tidak hanya berkutat di lembaga pendidikan saja, namun juga berani menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk tulisan, agar jangkauannya  dapat tersebar luas.”

Pemateri lain dalam dalam diskusi buku yang digelar oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Bandar Lampung dan Penerbit LTN itu adalah Dr Rudy Lukman, akademisi dari Universitas Lampung, dan KH Abdul Syukur, akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Lampung.  Acara tersebut dihadiri oleh 70-an aktivis PMII dari berbagai kampus, dan beberapa alumni PMII.

Sementara KH Abdul Syukur mengapresiasi LTN sebagai lembaga komunikasi dan publikasi NU yang telah menerbitkan dua buku dalam satu periode kepengurusannya, yaitu 2013-2017. “ Di NU ini luar biasa, budaya menulisnya sudah mulai hidup. Hal positif seperti ini harus terus dilanjutkan,” katanya.  (Sunarto)

No comments:

Post a Comment